Virus hati yang bernama al isyq
(cinta), ternyata telah memakan banyak korban. Mungkin anda pernah mendengar
seorang remaja nekad bunuh diri disebabkan putus cinta, atau tertolak cintanya.
Atau anda pernah mendengar kisah Qeis yang tergila-gila kepada Laila. Kisah
cinta yang bermula sejak mereka bersama menggembala domba sewaktu kecil hingga
dewasa. Akhirnya sungguh tragis, Qeis benar-benar menjadi gila ketika Laila
dipersunting oleh pria lain. Apakah anda pernah mengalami problema seperti ini
atau sedang mengalaminya ? Mari kita simak terapi mujarab yang disampaikan
Ibnul Qayyim dalam karya besarnya Zadul Ma’ad.
Beliau berkata, ”Gejolak cinta
merupakan jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus. Disebabkan
berbeda dengan jenis penyakit lain, baik dari segi bentuk, penyebabnya maupun
terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar di dalam
hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderitanya sulit
disembuhkan.
Sebagai
salah satu jenis penyakit, tentulah al-isyq dapat disembuhkan dengan
terapi-terapi tertentu. Diantara terapi tersebut ialah sebagai berikut,
Jika
terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk meraih cinta
orang yang dikasihinya dengan ketentuan syariat dan suratan taqdirnya, maka
inilah terapi yang paling utama. Sebagaimana terdapat dalam sahihain dari
riwayat Ibn Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda.
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ
فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ
وِجَاءٌ *
Hai sekalian
pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka hendaklah dia menikah.
Barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah berpuasa. Karena puasa dapat
menahan dirinya dari ketergelinciran (kepada perbuatan zina).
Hadis ini
memberikan dua solusi, utama, dan pengganti.
Solusi pertama
adalah menikah. Jika solusi ini dapat dilakukan, maka tidak boleh mencari
solusi lain. Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ نَرَ
لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ*
Aku
tidak pernah melihat ada dua orang yang
saling mengasihi selain melalui jalur pernikahan.
Inilah
tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita, baik yang merdeka ataupun budak
dalam firmanNya.
,
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
,
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.
[An Nisa : 28].
Allah
menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang diberikan terhadap hambaNya. Dan
Allah mengetahui kelemahan manusia dalam menahan syahwatnya, sehingga
memperbolehkan menikahi para wanita yang baik-baik dua, tiga ataupun empat.
Sebagaimana Allah memperbolehkan mendatangi budak-budak wanita mereka.
Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu untuk menikahi budak-budak wanita
jika mereka membutuhkannya sebagai peredam syahwat. Demikianlah keringanan dan
rahmatNya terhadap makluk yang lemah ini..
Jika
terapi pertama tidak dapat dilakukan akibat tertutupnya peluang menuju orang
yang dikasihinya karena ketentuan syar’i dan takdir, maka penyakit ini bisa
semakin ganas. Adapun terapinya harus dengan meyakinkan pada dirinya, bahwa
apa-apa yang diimpikannya mustahil terjadi. Lebih baik baginya untuk segera
melupakannya. Jiwa yang telah memutus harapan untuk mendapatkan sesuatu,
niscaya akan tenang dan tidak lagi mengingatnya. Jika ternyata belum
terlupakan, dapat mempengaruhi keadaan jiwanya hingga semakin menyimpang jauh.
Dalam
kondisi seperti ini wajib baginya untuk mencari terapi lain. Yaitu dengan
mengajak akalnya berfikir, bahwa menggantungkan hatinya kepada sesuatu yang
mustahil dijangkaunya itu ibarat perbuatan gila. Ibarat pungguk merindukan
bulan. Bukankah orang-orang akan mengganggapnya termasuk ke dalam kumpulan
orang-orang yang tidak waras?
Apabila
kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya terhalang karena larangan
syariat, maka terapinya yaitu dengan mengangap bahwa yang dicintainya itu bukan
ditakdirkan menjadi miliknya. Jalan keselamatan ialah dengan menjauhkan dirinya
dari yang dicintainya. Dia harus merasa bahwa pintu ke arah yang diingininya
tertutup, dan mustahil tercapai.
Jika
ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran masih tetap
menuntut, hendaklah dia mau meninggalkannya karena dua hal.
Pertama
: Karena takut (kepada Allah). Yaitu dengan menumbuhkan perasaan, bahwa ada hal
yang lebih layak dicintai, lebih bermanfaat, lebih baik dan lebih kekal.
Seseorang yang berakal jika menimbang-nimbang antara mencintai sesuatu yang
cepat sirna dengan sesuatu yang lebih layak untuk dicintai, lebih bermanfaat,
lebih kekal dan lebih nikmat, tentu akan memilih yang lebih tinggi derajatnya.
Jangan sampai engkau menggadaikan kenikmatan abadi yang tidak terlintas dalam pikiranmu
menggantikannya dengan kenikmatan sesaat yang segera berbalik menjadi sumber
penyakit. Ibarat orang yang sedang bermimpi indah, ataupun berkhayal terbang
melayang jauh, maka ketika tersadar ternyata hanyalah mimpi dan khayalan.
Akhirnya sirnalah segala keindahan semu. Yang tertinggal hanyalah keletihan,
hilang nafsu dan kebinasaan menunggu.
Kedua
: Keyakinan bahwa berbagai resiko yang sangat menyakitkan akan ditemuinya jika
gagal melupakan yang dikasihinya. Dia akan mengalami dua hal yang menyakitkan
sekaligus. Yaitu : gagal mendapatkan kekasih yang diinginkannya, serta bencana
menyakitkan dan siksa yang pasti akan menimpanya. Jika yakin bakal mendapatkan
dua hal menyakitkan ini, niscaya akan mudah baginya meninggalkan perasaan ingin
memiliki yang dicinta. Dia akan bepikir, bahwa sabar menahan diri itu lebih
baik. Akal, agama , harga diri dan kemanusiaannya akan memerintahkannya untuk
bersabar, demi mendapatkan kebahagiaan abadi. Sementara kebodohan, hawa nafsu,
kedzalimannya akan memerintahkannya untuk mengalah mendapatkan apa yang
dikasihinya. Sungguh, orang yang terhindar ialah orang-orang yang dipelihara
oleh Allah.
Jika
hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak menerima terapi tadi, maka hendaklah
berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang akan ditimbulkannya segera,
dan kemasalahatan yang akan gagal diraihnya. Sebab mengikuti hawa nafsu dapat
menimbulkan kerusakan dunia dan menepis kebaikan yang bakal diterimanya. Lebih
parah lagi, dengan memperturutkan hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk
mendapat petunjuk yang merupakan kunci keberhasilan dan kemaslahatannya.
Jika
terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu mengingat sisi-sisi
keburukan kekasihnya dan hal-hal yang dapat membuatnya menjauh darinya. Jika
dia mau mencari-cari kejelekan yang ada pada kekasihnya, niscaya dia akan
mendapatkannya lebih dominan daripada keindahannya. Hendaklah dia banyak
bertanya kepada orang-orang yang berada disekeliling kekasihnya tentang
berbagai kejelekannya yang belum diketahuinya. Sebab sebagaimana kecantikan
sebagai faktor pendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya, maka demikian
pula kejelekan merupakan pendorong kuat agar dapat membenci dan menjauhinya.
Hendaklah dia mempertimbangkan dua sisi ini dan memilih yang terbaik baginya.
Jangan terperdaya karena kecantikan kulit, dan membandingkannya dengan orang
yang terkena penyakit sopak atau kusta. Tetapi hendaklah dia memalingkan
pandangannya kepada kejelelekan sikap dan perilakunya. Hendaklah dia menutup
matanya dari kecantikan fisik dan melihat kepada kejelekan yang diceritakan
mengenai hatinya.
Jika
terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir yaitu mengadu
dan memohon dengan jujur kepada Allah penolong orang-orang yang ditimpa musibah
jika memohon kepadaNya. Hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya di hadapan
kebesaranNya sambil memohon, merendahkan dan menghinakan diri. Jika dia dapat
melaksanakan terapi akhir ini, maka sesungguhnya dia telah membuka pintu taufik
(pertolongan Allah). Hendaklah dia berbuat iffah (menjaga diri) dan
menyembunyikan perasaannya. Jangan menjelek-jelekkan kekasihnya dan
mempermalukannya di hadapan manusia ataupun menyakitinya. Sebab hal tersebut
merupakan kedzaliman dan melampaui batas.